Kunjungan Bupati Klaten

Para petani Klaten di harapkan Untuk mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

Uji Multi Ketahanan Rojolele

Uji Multi lokasi Galur Muatan Rojolele

Methik Pari

tradisi kuno yang disebut "methik".

Panen Raya

Bupati Panen Raya di Cawas.

PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KEDELAI

PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KEDELAI
Oleh Dwi Supantar, STP.

Gulma merupakan tanaman yang keberadaannya di lahan pertanian tidak di inginkan karena dapat mengurangi hasil tanaman budidaya.Pengendalian gulma pada tanaman kedelai umumnya jarang dilakukan oleh petani karena terkendala oleh terbatasnya tenaga dan biaya.Gulma di antara tanaman kedelai dapat mengurangi hasil 20 sampai 80 % tergantung jenis dan kerapatan.Beberapa jenis gulma adalah teki tekian,rumput rumputan maupun gulma berdaun lebar.Gulma dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai dengan beberapa cara anatara lain :
1.       Bersaing mendapatkan unsur hara
2.       Menjadi inang HPT
3.       Mengurangi efisiensi penggunaan pupuk dan air

Beberapa cara dalam pengendalain gulma adalah
  1. Pengendalian secara mekanis adalah pengendalian dengan cara merusak gulma secara mekanik  sehingga gulma tersebut pertumbuhannya terhambat bahkan mati,dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah,mencabut gulma atau menggunakan alat
Beberapa kelemahan pengendalian secara mekanis adalah
·         Membutuhkan tenaga dan biaya yang besar
·         Dapat merusak perakaran tanaman kedelai
·         Hasil yang diperoleh kurang maksimal
·         Tidak dapat menyesuiakan dengan umur tanaman kedelai
  1. Pengendalian secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan cara aplikasi herbisida
Beberapa keuntungan pengendalian dengan herbisida adalah
·         Menghemat tenaga dan biaya
·         Mengendalikan gulma sejak awal pertumbuhan
·         Dapat disesuiakan dengan umur tanaman
·         Hasil yang diperoleh lebih maksimal

Waktu aplikasi herbisida dapat dibedakan menjadi 3 waktu :
  • Herbisida pra tanam disemprotkan saat gulam sedang tumbuh dan belum tanam
  • Herbisida pra tumbuh disemprotkan pada gulma yang telah tumbuh bersama tanaman berkecambah
  • Herbisida pasca tumbuh disemprotkan pada gulma yang telah tumbuh bersama tanaman
Beberapa cara pengendalian gulma mempunyai keuntungan dan kerugian,sehingga penentuan cara sesuia situasi dan kondisi lapangan menentukan keberhasilan penegndalaian gulma tanaman kedelai.perpaduan kedua cara tersebut juga mempengaruhi hasil yang dicapai



Manfaat Seedtreatment Pada Tanaman Kedelai

Manfaat Seedtreatment Pada Tanaman Kedelai
Oleh : Lidia Nitasari Sunarto Putri, STP.

Beberapa musim tanam ini, tanaman kedelai utamanya di wilayah Kecamatan Cawas kabupaten Klaten  banyak terserang penyakit layu pucuk. Benih kedelai ditanam tumbuh namun usia kurang dari sepuluh hari setelah tanam, tanaman kedelai muda itu mulai layu dan mati. Terindikasi bahwa benih tersebut terserang jamur ataupun lalat bibit. Oleh karena itu perlu perlakuan untuk melindungi bibit dari serangan jamur ataupun hama penyakit lainnya.

Beberapa kondisi benih yang perlu diberi perlakuan benih adalah (1) luka pada kulit benih yang dapat menstimulasi cendawan untuk memasuki benih sehingga dapat mematikan benih atau melemahkan kecambah; (2) benih mengalami luka selama pemanenan dan pascapanen yang dapat memudahkan benih terserang patogen; (3) benih yang terinfestasi oleh patogen pada saat panen dan saat benih diolah; (4) benih yang ditanam pada keadaan lingkungan yang tidak sesuai seperti tanah lembab atau sangat kering sehingga menstimulir pertumbuhan dan perkecambahan spora cendawan yang dapat menyerang dan merusak benih; dan (5) melindungi masa-masa perkecambahan dan awal pertumbuhan tanaman dari organisme tular tanah.

Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih dipanen dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed treatment) untuk berbagai tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama, (2) perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah, (3) meningkatkan perkecambahan atau melindungi benih dari patogen dan hama.

Jenis seed treatment berdasarkan sifat dasar dan maksud perlakuan: (1) Desinfeksi benih bertujuan meminimalisir patogen yang telah menginfeksi benih dan menetap di dalam kulit benih atau jaringan-jaringan yang lebih dalam contoh dengan Dry Health Treatment, (2)Desinfestasi Benih Bertujuan untuk menghancurkan spora/patogen yang menempel di kulit/permukaan benih. Seed washing dengan disinfektan, fungisida, trisodium phosphate, (3) Proteksi Benih Bertujuan menyelimuti/melindungi benih/kecambah muda dari infeksi atau kerusakan oleh patogen, terutama pada awal pertumbuhannya. Film Coating, seed encrusting dan Seed pelleting, (4) Menyerempakan pertumbuhan dan memecahkan dormansi benih dengan perlakuan breaking dormancy misalnya dengan suhu tinggi, suhu rendah, perlakuan kimia dan perlakuan fisik, (5) Meningkatkan performasi benih sehingga pertumbuhan benih lebih seragam dan lebih cepat pertumbuhannya dengan Seed Priming.




PASCA PANEN : PEMBUATAN KECAP

PASCA PANEN : PEMBUATAN KECAP
Oleh : Tut Wuri Handayani, SP.


Kedelai mengandung protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43 %. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering. Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.

Dari berbagai macam olahan yang terbuat dari kedelai, kecap adalah salah satu yang biasa dijumpai. Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun adapula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu.

Prosedur pembuatan kecap kedelai
1.       Penyortiran
Menyiapkan biji kedelai hitam yang tua. Bebas dari sisa tanaman batu, kerikil, tanah, biji kedelai tidak luka, bebas serangan hama dan penykit, tidak memar atau rusak, kulit biji tidak keriput. Caranya biji kedelai diletekan pada tampah kemudian di tampi.
2.       Pencucian
Setelah disortir, kedelai dicuci dengan air bersih. Tujuannya agar kotoran – kotoran yang masih melekat atau tercampur dapat hilang.
3.      Perebusan
Perebusan dilakukan selama 2  jam. Caranya biji kedelai dimasukan ke dalam panci kemudian direbus dengan kompor. Banyaknya air dalam perebusan sampai terendam atau sekitar 2,5 kali volume bahan. Tujuannya agar mendapatkan biji kedelai yang lunak dan kulitnya mudah dikupas.
4.      Penirisan
Penirisan dilakukan  dengan menggunakan kalo selama 0,5 – 1 jam sampai kedelai dingin.
5.      Penjamuran

Setelah kedelai dingin dilakukan penjamuran menggunakan laru kecap dengan perbandingan 1 kg bahan membutuhkan 1 gram laru jenis Rhizopus. Sp.
6.      Penggaraman
Biji kedelai yang telah berjamur dimasukan dalam larutan garam 20 %. Maksudnya mencampur 200 gram garam kedalam air 1 liter. Sebagai patokan untuk 1 kg bahan membutuhkan 4 liter larutan garam 20 %.
7.      Penyaringan I
Selanjutnya dilakukn penyaringan  dengan menggunakan kalo. Hasil utamanya berupa filtrat, sedangkan hasil sampingnya berupa ampas.
  8.  Perebusan II
Sebelum direbus, kedalam filtrat ditambahkan gula kelapa yang dicairkan, bumbu-bumbu penyedap dan air bersih. Sebagi patokan  untuk 1 liter filtrat membutuhkan 2 kg gula kelapa yang telah dicairkan atau larutkan dalam 0,5 liter air.
9.  Penyaringan II
Selanjutnya dilakukan penyaringan II dengan menggunakan kain penyaring.
 10. Pembotolan
Pembotolan dengan menggunakan botol yang bersih. Kemudian cairan kecap dimasukan ke dalam botol dan di  tutup rapat.
Catatan :
1)      Pemberian jamur harus sesuai jumlahnya dengan banyaknya kedelai, agar tidak menimbulkan kegagalan jamur yang tumbuh.
2)      Setelah direbus dan ditiriskan, kedelai harus didinginkan dengan sempurna. Bila tidak, jamur yang ditebarkan diatasnya akan mati.

3)      Bahan baku untuk pembuatan kecap, selain dari kacang kedelai dapat juga dari biji kecipir, dengan proses pembuatan yang sama.

Aplikasi Pestisida Tanaman Kedelai

Aplikasi Pestisida Tanaman Kedelai
Oleh Agus Bin Affan

Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu tanaman. Biasanya petani menggunakan pestisida ketika terjadi serangan hama penyakit pada tanaman kedelai, dengan meniadakan cara cara pengendalian hama dan penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Misalnya dengan cara manual atau dengan pestisida hayati.

Penggunaan pestisida dengan bahan kimia beracun yang menjadi andalan petani dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman perlu ada aturan dalam penggunaannya, tidak boleh berlebihan. Menurut sifatnya pestisida ini ada dua macam yaitu sistemik dan racun kontak. Pestisida sistemik yaitu pestisida yang sifat racunnya dapat diserap oleh tanaman, sehingga tanaman tersebut mengandung racun. Pestisida sistemik tidak dianjurkan untuk aplikasi menjelang panen karena dikhawatirkan hasil panennya masih mengandung residu racun. Sedangkan pestisida racun kontak yaitu pestisida yang dapat membunuh hama tanaman apabila terkena langsung pada hama tersebut.

Macam-macam Jenis Pestisida
Berikut ini merupakan penjelasan tentang macam-macam jenis pestisida yang biasa digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman.

1. Insektisida
Insektisida adalah obat (bahan) kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa serangga. 

2. Fungisida
Fungisida adalah obat kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa jamur atau cendawan. 

3. Bakterisida
Bakterisida adalah obat kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa bakteri dan virus. Umumnya, bakteri yang telah menyerang tanaman akan sangat sulit untuk diberantas. Pemberian obat biasanya dilakukan pada tanaman yang belum terkena bakteri dengan dosis tertentu

4. Herbisida
Herbisida adalah jenis pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alangalang, rumput, dan eceng gondok. 

5. Rodentisida
Obat ini dibuat untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus. Penggunaan obat ini biasanya diberikan sebagai umpan yang dicampur dengan makanan lainnya. Akan tetapi, penggunaannya harus hati-hati karena dapat mematikan hewan ternak yang memakannya.

6. Nematisida
Obat ini dibuat untuk memberantas hama tanaman jenis Nematoda atau cacing. Nematisida bersifat meracuni tanaman sehingga penggunaannya biasanya diberikan 3 minggu sebelum masa tanam tiba.

7. Helisida
Obat ini digunakan untuk memberantas hama tanaman, seperti siput atau bekicot. Obat yang biasa digunakan adalah metaldehyde atau metadex dan mercaptometur.
Dalam aplikasi pestisida harus memperhatikan 6 tepat (tepat mutu, tepat sasaran, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara penggunaan).
Tepat  mutu  ialah  pestisida  yang  digunakan  harus  baik, terdaftar dan diijinkan oleh Komisi  Pestisida.  Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar,  sudah kadaluarsa,  rusak  atau  yang  diduga  palsu.
Tepat  sasaran  ialah  pestisida  yang  digunakan  harus  berdasarkan  jenis  hama dan penyakit tanaman  yang  menyerang.  sebelum menggunakan  pestisida,  langkah  awal  yang  harus  dilakukan  ialah  melakukan  pengamatan  untuk mengetahui  jenis  hama dan penyakit tanaman  yang  menyerang.  langkah  selanjutnya  ialah  memilih  jenis  pestisida  yang  sesuai dengan hama dan penyakit tanaman tersebut.
Tepat  jenis  pestisida, maksudnya suatu  jenis  pestisida  belum tentu  dianjurkan  untuk  mengendalikan  semua  jenis  hama dan penyakit tanaman  pada  semua  jenis tanaman.  Oleh  karena  itu,  dipilih  jenis  pestisida  yang  dianjurkan  untuk  mengendalikan  suatu  jenis hama dan penyakit tanaman pada suatu jenis tanaman.  informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
Tepat  waktu, maksudnya waktu penggunaan pestisida harus disesuaikan dengan populasi hama atau kondisi kerusakan yang ditimbulkannya apa telah mencapai ambang ekonomi.   Selain itu, stadia pertumbuhan tanaman dan keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap waktu penggunaan pestisida.  Waktu penyemprotan pestisida bisa dilakukan pada pagi hari, tetapi lebih baik dilakukan pada sore hari karena pada umumnya hama dan penyakit tanaman (khususnya serangga hama) pada tanaman aktif pada sore/malam hari.
Tepat dosis/konsentrasi. Dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan mempengaruhi daya bunuh terhadap hama dan penyakit tanaman.  penggunaan dosis yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen sehingga membahayakan bagi konsumen.  Tingginya dosis penggunaan pestisida dapat juga memacu timbulnya hama dan penyakit tanaman yang resisten terhadap pestisida yang digunakan. 
Tepat cara penggunaan.  Pada umumnya penggunaan pestisida dilakukan dengan  cara disemprot.  Sebelum dilakukan penyemprotan pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :  Peralatan semprot (spuyer/nozel, alat semprot dan alat pelindung keamanan); dan Keadaan cuaca (intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara). 


SL PTT Kedelai